Baby Buncis Berbuah Manis

By Admin


nusakini.com - Tidak hanya manusia. Sayurpun naik pesawat berkelas. Inilah yang dialami "baby buncis" yang dihasilkan para petani di Desa Sunten Jaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Tidak tanggung-tanggung, sayur andalan Bandung Barat ini sejak 2005 rutin naik pesawat Garuda dari Cengkareng ke Singapura. Sampai sekarang, baby buncis kampung ini secara rutin mampu melanglang ke salah satu negara makmur di dunia tersebut. 

Ada dua tokoh penting di balik keberhasilan ini. Pertama, tentunya sang petani. Namanya Ulus Firmawan, 43 tahun. Petani asli Jawa Barat ini merupakan motivator dan penggerak bagi para petani lainnya. Ia merupakan ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Wargi Panggupay yang menaungi puluhan petani di desa yang berjarak sekitar setengah jam dari Lembang ini. 

Ulus bertutur, upaya mengenali baby buncisnya berlangsung tidak mudah. Mulanya, ia menggeluti budidaya buncis super pada 1995. Lima tahun kemudian, lelaki bertubuh sedang ini mendirikan kelompok tani bersama para petani sejawatnya dan mulai berbisnis buncis super. Namun ternyata ada beberapa pertimbangan yang menjadikan Ulus dan kelompoknya beralih ke komoditas lain. Pertama, harga jual buncis super tidak menentu alias fluktuatif. Kedua, pesaing cukup banyak. Ternyata tidak hanya Bandung Barat yang mampu menghasilkan buncis super. Daerah lain seperti Garut dan Sukabumi juga melakukan hal yang sama. Malah saat pasar terkonsentrasi di Jabodetabek, Bandung Barat ketinggalan jauh oleh Sukabumi yang mampu menawarkan harga lebih kompetitif karena biaya distribusi yang lebih murah. 

Akhirnya, pilihanpun beralih ke baby buncis. Mulai 2000, Ulus dan kawan kawan menceburkan diri untuk berbudidaya baby buncis. Baby buncis memiliki masa tanam lebih singkat dari buncis super. Bentuknya lebih ramping dan sedikit lebih pendek dari buncis super. 

Tidak hanya itu. Baby buncis juga memiliki harga jauh lebih tinggi. Per kilogramnya dihargai Rp 15 ribu. Sementara buncis super hanya berada pada kisaran harga Rp 5 ribu sampai Rp 8 ribu per kilogram. Selain itu, baby buncis bisa dipanen setiap hari. Kompetisi juga tidak ada karena baby buncis berkualitas ekspor sampai sekarang baru bisa dihasilkan di Bandung Barat. 

Karena pasar utamanya adalah untuk ekspor, maka Ulus menggandeng rekan lamanya yang sebelumnya sudah berpengalaman melakukan ekspor buncis super, yakni Yanto. Lelaki berusia 43 tahun yang memiliki perusahaan Fortuna Agro Mandiri, sejak 1995 memang telah memberanikan diri mengirim buncis super ke Singapura.

Saat mengetahui kualitas dan kalkulasi keuntungan baby buncis yang melebihi buncis super, maka pada 2005, Yantopun bergandengan tangan dengan Ulus melempar baby buncis ke pasar internasional. Ulus dan kawan-kawan sebagai penghasil produk, sementara Yanto tentu saja sebagai eksportir. Sesudah berkali-kali mengirim contoh barang, akhirnya Singapura juga membuka diri menerima baby buncis ini. 

Tercatat paling tidak, antara 1,5 sampai 3 ton baby buncis per hari dikirim ke Singapura. Kualitas utama dan persyaratan sayur organik tetap selalu harus dipenuhi oleh anggota gapoktan binaan Ulus ini. Dan semua ini telah berbuah manis. Minimal pendapatan bersih per bulan yang diraup dari baby buncis ini sebesar Rp 5 juta per petani. Tentu saja ini bisa memberikan penghidupan yang lebih baik bagi petaninya. Baby buncis yang bisa terbang dengan pesawat bergengsi, terbukti mampu mensejahterakan para petaninya. (tami)